1.tumbuhan yang hidup di sungai
A. .Bambu
|
Bambu
adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae. Bambu merupakan
tumbuhan berumpun, berakar serabut yang batangnya berbentuk silinder
dengan diameter bervariasi mengecil mulai dari ujung bawah sampai ujung atas,
berongga, keras dan mempunyai pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa
diikuti pertumbuhan sekunder, sehingga tingginya dapat mencapai 40 m. Silinder
batang bambu tersebut dipisahkan oleh nodia/ruas,yaitu diafragma-diafragma yang
arahnya transversal. Anonim (1999), mengemukan bahwa
tanaman bambu dapat tumbuh mulai dari 0 – 1500 m dpl, bahkan jenis –jenis yang
berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2000-3750 m dpl. Pada
ketinggian 3750 m dpl, habitusnya berbentuk rumput.
Akar (rimpang);
terdapat dibawah tanah dan membentuk sistem percabangan yang dapat dipakai
untuk membendakan kelompok bambu. Bagian pangkal akar rimpangnya lebih sempit
daripada bagian ujungnya dan setiap ruas mempunyai kuncup dan akar. Kuncup pada
akar rimpang ini akan berkembang menjadi rebung yang kemudian memanjang dan
akhirnya menghasilkan buluh. Ada dua macam sistem percabangan yaitu pakimorf
(dicirikan oleh akar rimpangnnya yang simpodial), leptomorf (dicirikan oleh
akar rimpangnya yang monopodial). Di Indonesia, jenis-jenis bambu asli umumnya
mempunyai sistem perakaran pakimorf, yang dicirikan oleh ruasnya yang pendek
dengan leher yang pendek juga. Setiap akar rimpang mempunyai kuncup yang akan
berkembang dan tumbuh menjadi akar rimpang baru, yang akhirnya bagian yang
tumbuh keatas membentuk rebung kemudian menjadi buluh (Widjaja,
2001).
Rebung; tumbuh dari
kuncup akar rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung
digunakan untuk membedakan jenis karena menunjukan ciri khas warna pada
ujungnya dan buluh-buluh yang terdapat pada pelepahnya. Buluh pelepah rebung
umumnya hitam, tetapi ada juga yang cokelat atau putih, dan beberapa buluh
dapat menyebabkan kulit menjadi sangat gatal sedangkan yang lain tidak (Widjaja, 2001)
Buluh; Buluh berkembang dari rebung, tumbuh sangat cepat dan
mencapai tinggi maksimum dalam beberapa minggu. Buluh terdiri atas ruas dan
buku-buku. Beberapa jenis mempunyai ruas panjang, misalnya Schizostachyum lima,
dan yang lain mempunyai ruas pendek, misalnya Bambusa vulgaris dan Bambusa
blumeana. Selain berbeda dalam panjang ruasnya, beberapa jenis tertentu
mempunyai diameter buluh yang berbeda. Jens Dendrocalamus asper mempunyai
diameter buluh terbesar, yang diikuti oleh jenis-jenis dari marga Gigantochloa
dan Bambusa. Sementara pada marga Schizostachyum, beberapa jenis di antaranya
mempunyai diameter sedang, seperti Schizostachyum brachycladum dan
Schizostachyum diameter buluhnya kecil. Buluh bambu umumnya tegak, tetapi ada
beberapa marga yang tumbuhnya merambat seperti Dinochloa dan ada juga yang tumbuhnya
serabutan, misalnya Nastus. Buku-buku pada buluh bagian pangkal beberapa jenis
bambu tertutup oleh akar udara, seperti pada jenis Dendrocalamus aspen. Ujung
akar ini melengkung ke bawah seperti pada Dinochloa asper dan Schizostachyum
lima (Widjaja, 2001).
Pelepah buluh;
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang
menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah
buluh dan ligula. Daun pelepah buluh terdapat pada bagian atas pelepah,
sedangkan kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat pada sambungan antara
pelepah dan daun pelepah
Pelepah buluh sangat penting
fungsinya yaitu menutupi buluh ketika muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan
tinggi, pada beberapa jenis bambu, pelepahnya lurch, tetapi jenis lain
pelepahnya tetap menempel pada buluh seperti pada jenis Schizostachyum
brachycladum. Pada Dinochloa ketika pelepah buluh luruh, yang tertinggal adalah
lampangnya yang sangat kasar, dan ciri ini dapat digunakan untuk membedakan
marga ini. Daun pelepah buluh pada beberapa jenis bambu tampak tegak, seperti
jenis Schizostachyum brachycladum dan Bambusa vulgaris, tetapi umumnya tumbuh
menyebar, menyadak, atau terkeluk balik. Beberapa jenis bambu mempunyai kuping
pelepah buluh dan ligula yang berkembang baik, tetapi jenis lainnya kuping dan
ligulanya kecil atau hampir tidak tampak. Kuping pelepah buluh dan ligula
merupakan ciri penting yang dapat digunakan untuk membedakan jenis atau bahkan
marga, keduanya kadang dengan bulu kejur atau sering tidak berbulu kejur.
Kuping pelepah buluh yang besar umum ditemukan pada jenis-jenis bambu dari
marga Bambusa, sedangkan marga Gigantochloa, Dendrocalamus umumnya mempunyai
kuping pelepah buluh agak kecil, bercuping dan berbulu kejur. Beberapa jenis
bambu misalnya Dinochloa kostermansiana mempunyai kuping pelepah buluh yang
melipat keluar (Widjaja, 2001).
Percabangan; (Widjaja,
2001) mengemukakan bahwa percabangan umumnya terdapat di atas buku-buku. Cabang
dapat digunakan sebagai ciri penting untuk membedakan marga bambu. Pada marga Bambusa,
Dendrocalamus dan Gigantochloa sistem percabangan mempunyai satu cabang yang
lebih besar daripada cabang lainnya yang lebih kecil. Buluh Dinochloa biasanya
mempunyai cabang yang dorman dan akan sebesar buluh induknya, terutama ketika
buluh utamanya terpotong. Jenis-jenis dari marga Schizostachyum mempunyai
cabang yang sama besar. Cabang lateral bambu yang tumbuh pada batang utama,
biasanya berkembang ketika buluh mencapai tinggi maksimum. Pada beberapa marga,
cabang muncul tepat di atas tanah, misalnya marga Bambusa, dan menjadi rumpun
padat di sekitar dasar rumpun dengan duri atau tanpa duri, tetapi pada marga
lain cabangnya tumbuh jauh di atas permukaan tanah, misalnya marga
Gigantochloa, Dendrocalamus, Schizostachyum. Duri merupakan anak cabang aksiler
(cabang yang tumbuh pada batang lateral) yang melengkung dan berujung lancip.
Helaian
daun;
Helai daun bambu mempunyai urat daun yang sejajar
seperti rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang menonjol.
Daunnya bisa lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti pada Bambusa
multiplex dan Thyrsostachys siamensis. Helai daun dihubungkan dengan
pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi
dengan kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping pelepah daun mungkin besar
tetapi bisa juga kecil atau tidak tampak dan pada beberapa jenis bambu ada yang
bercuping besar dan melipat keluar. Pada beberapa jenis bambu, kuping pelepah
daunnya mempunyai bulu kejur panjang, tetapi ada juga yang gundul. Ligula pada
beberapa jenis mungkin panjang tetapi bisa juga kecil dengan bulu kejur panjang
atau tanpa butu kejur. Ligulanya kadang mempunyai pinggir yang menggerigi tidak
teratur, menggerigi, menggergaji atau rata (Widjaja, 2001)
B. Rotan
|
Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk. Secara
genetik, hal ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jenis rotan yang berbunga
pada lateral batang yang keluarnya bunga lebih dari satu kali. Dan yang kedua
adalah jenis rotan yang berbunga pada ujung dan kemunculannya hanya satu kali
dalam hidupnya, yang mana tanaman akan mati setelah proses generatif yang
terakhir.
Bunga rotan terbungkus oleh seludang, atau dinamakan
juga sebagai spatha. Bunga jantan akan siap dibuahi ketika seludang itu
terbuka. Sedangkan bunga betina akan baru siap dan mulai masak setelah
seludangnya pecah pada hari ketiga belas sampai hari ke dua puluh tujuh.
Bunga jantan dan Bungan betina rotan biasanya berumah
satu atau disebut juga sebagai mono-ceous. Namun ada juga yang berumah
dua atau diceous. Hal ini menyebabkan kita bisa menjumpai adanya rotan
jantan dan rotan betina. Proses penyerbukan bunga pada tanaman rotan juga
hampir sama seperti pada tanaman lainnya, yaitu dengan adanya bantuan dari angina
atau serangga penyerbuk. Pada bunga betina rotan ada 3 putik/stilus, sedangkan
pada bunga jantan ada 6 benang sari / stamen. Sifat dan ciri stamen pada rotan
jantan ini adalah berdiri bebas atau saling berhubungan yang pangkalnya
melingkar seperti cacing. Bunga betina hampir mirip dengan bunga jantan rotan
yang steril. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk benang sarinya yang
kosong. Ukuran bunga pada tanaman rotan relative kecil. Hanya beberapa jenis
saja yang mampu memiliki ukuran hingga 1 cm atau lebih. Contohnya adalah jenis
rotan Calamus spectabilus yang dapat memiliki ukuran Bungan hingga 1.7
cm.
Warna bunga pada rotan bervariasi, mulai dari
kecoklat-coklatan, kehijau-hijauan, atau krem. Bunga rotan jika sedang dalam
kondisi primordia atau sedang dalam dibuahi, kelenjar madunya berbau
susu sehingga menarik serangga untuk datang membantu proses penyerbukan. Namun,
bunga tersebut akan jatuh jika tidak terjadi penyerbukan dalam kurun waktu 1 -2
hari.
Waktu periode berbunga dan matangnya buah tidak sama
dan tergantung pada tempat tumbuh dan kondisi iklim setempat. Hal ini terjadi
baik pada rotan sejenis ataupun yang tidak sejenis. Sebagai gambarang
tambahan…, waktu periode berbunga hingga matangnya buah adalah berkisar antara
7 – 13 bulan sejak seludang pecah. Berdasarkan pengalaman, buah rotan akan
masak berkisar pada bulan Agustus sampai dengan bulan Maret.
Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik atau
biasa disebut juga dengan pericarp. Bentuk sisiknya trapessium dan
tersusun secarr vertical dari toksis buah. Ukuran sisiknya bervariasi
tergantung pada ukurangan buahnya masing-masing. Semakin besar ukuran buah,
semakin besar juga sisik buah rotan itu.
Pada permukaan buah rotan itu halus (laevis),
atau ada juga yang kasar berbulu (glaberous). Sedangkan bentuk buah
rotan pada umumnya bulat, lonjong, atau bulat telur (oval). Warna kulit dari
buah yang sudah matang bermacam-macam. Ada yang kemerah-merahan, coklat, coklat
merah, hijau-krem, dan kuning keemas-emasan. Ada selaput tipis berwarna putih
yang membungkus daging buah rotan. Selaput ini terletak di bagian bawah kulit
buah. Adapun biji rotan sendiri terdapat di tengah-tengah buah rotan itu,
seperti biji buah lainnya yang terbungkus oleh daging buahnya.
Permukaan pada biji buah rotan umumnya rata dan halus.
Ada juga yang berbentuk kasar dan berlekuk dangkal. Di dalam setiap bijinya ada
sekitar 1 – 3 embrio yang tertutup oleh lapisan selaput keras sebagai pelindung
embrio.
Untuk jenis rotan dari famili Daemonorops, terdapat
banyak cairan atau getah di bawah kulit buahnya. Cairan atau getah ini sudah
sejak lama telah digunakan sebagai bahan dalam industry pewarna dan farmasi.
Secara umum…, buah rotan siap dipanen ketika sudah berumur 12 – 15 bulan sejak
berbunga. Namun…, musim berbuah ini berbeda-beda pada rotan, tergantung pada
jenis rotannya dan juga kondisi lingkungan hidupnya.
C. Eceng gondok
D. teratai
E. kangkung air
Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang.
Tinggi total 4-30 m,
dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter
batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama
ekosistem hutan
bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan terutama sebagai bahan pembuat arang. Kulit kayu menghasilkan tanin yang digunakan sebagai bahan penyamak.
Sebagai kayu bakar, secara tradisional masyarakat biasa memakai jenis Xylocarpus (Nirih atau Nyirih). Sedangkan untuk bahan baku pembuat arang biasa dipakai Rhizophora sp., sedangkan penggunaan kulit kayu bakau untuk diambil tanninnya, hampir-hampir tidak terdengar lagi.
Satu lagi kegunaan kayu bakau, adalah untuk bahan kertas. Kayu bakau biasa dicincang dengan mesin potong menghasilkan serpihan kayu / wood chips. Menurut berita, jenis kertas yang dibuat dari kayu bakau adalah termasuk kertas kualitas tinggi.
Kegunaan dari hutan bakau yang paling besar adalah sebagai penyeimbang ekologis dan sumber (langsung atau tidak langsung) pendapatan masyarakat pesisir, di mana peran pemerintah untuk pengaturannya masih sangat minim.
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter
mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat
kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus
ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah
tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris,
kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.
Buahnya buah kotak,
bulat telur,
berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati
dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau
ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia
Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan
pantai.
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.
Pohon dengan batang
tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan
berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai.
Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe
monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik
digunakan untuk bangunan. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan
menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun
majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan
betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan
bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10
cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah
tersusun dari mesokarp berupa serat yang
berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang
keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp
melindungi biji yang
hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan
yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada dinding endokarp
seiring dengan semakin tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah
siap untuk berkecambah (disebut kentos).
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan
C. Eceng gondok
|
Eceng gondok hidup mengapung di air dan
kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak
mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah
basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai.
Ø Anatomi
Tingginya
sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk
oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.
Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk
bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.
Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Secara fisiologis eceng gondok dapat berperan secara tidak langsung dalam
mengatasi bahan pencemar perairan karena dapat bertahan hidup dengan cara
membentuk rumpun. Akar tumbuh subur dan lebat serta berwarna hitam dengan
permukaan ungu. Oksigen hasil fotosintesis di daun dan tangkai daun ditransfer
ke akar yang permukaannya luas serta air di sekitarnya. Ini membuat rizosfer
menyediakan lingkungan mikro dengan kondisi yang kondusif bagi bakteri nitrit.
Oleh karena itu aktivitas dekomposisi oleh bakteri jenis ini yaitu perubahan
amoniak menjadi nitrat lebih meningkat (Fitter and Hay, l989).
Ø Morfologi
Tumbuhan
eceng gondok terdiri atas helai daun, pengapung, leher daun, ligula, akar, akar
rambut, ujung akar, dan stolon yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan
vegetatif. Gambar 1 ini menunjukkan morfologi dari tumbuhan eceng gondok:
Eceng gondok merupakan tanaman yang
berakar serabut dan tidak bercabang, mempunyai tudung akar yang mencolok.
Akarnya memproduksi sejumlah besar akar lateral, yaitu 70 buah/cm. Akar
menunjukkan variasi yang kecil dalam ketebalan, tetapi panjangnya bervariasi
mulai dari 10 – 300 cm. Sistem perakaran eceng gondok pada umumnya lebih dari
50% dari seluruh biomassa tumbuhan, tetapi perakarannya kecil apabila tumbuh
dalam lumpur. Tumbuhan yang tumbuh pada limbah domestik mencapai tinggi sampai
75 cm, tetapi sistem perakarannya pendek (Wakefield, 1962). Sumber lain
menjelaskan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada air yang kaya akan unsur hara
mempunyai petiole (batang) yang panjangnya lebih dari 100 cm, tetapi akarnya
pendek yaitu kurang dari 20 cm (Bagnall et al.,1974).
Eceng gondok
memiliki lubang stomata yang besar, yaitu dua kali lebih besar dibandingkan
dengan kebanyakan tumbuhan lain dan jarak antar stomata adalah delapan kali
besarnya lubang (Penfound dan Earle, 1948).
Kemampuan eceng gondok dalam
penyerapan adalah karena adanya vakuola dalam struktur sel. Mekanisme
penyerapan yang terjadi yaitu dengan adanya bahan-bahan yang diserap
menyebabkan vakuola menggelembung, maka sitoplasma terdorong ke pinggiran sel
sehingga protoplasma dekat dengan permukaan sel. Hal ini menyebabkan pertukaran
atau penyerapan bahan antara sebuah sel dengan sekelilingnya menjadi lebih
efisien.
D. teratai
|
Struktur
Morfologi Teratai
- Memiliki daun yang lebar dengan bentuk melingkar, dan tepi daun bergerigi. Sebagian besar daun-daun ini mengapung di atas air agar dapat mengambil oksigen yang ada di udara.
- Pada permukaan adaksial atau atas, daun Nymphae sp. berwarna hijau dan stomata banyak ditemukan pada bagian ini. Sedangkan pada bagian abaksial atau bawah, berwarna keunguan, terdapat tulang daun besar dan tulang daun kecil juga biasanya tidak di temukan adanya stomata.
- Memiliki batang yang berfungsi untuk menyokong daun mengapung di atas air. Batang sebagian besar tenggelam di dalam air, ada beberapa yang muncul di atas permukaan air. Selain itu batang juga berfungsi mengasorbsi nutrisi yang dibutuhkan oleh Nymphae sp..
- Sistem akarkurang berkembang dengan baik, tidak memiliki bulu akar maupun tudung akar. Berfungsi sebagai jangkar, pelekat atau pencengkeram. Absorbsi lebih Ban yak dilakukan oleh batang dan daun.
Sstruktur
Anatomi Teratai
Berdasarkan pengamatan irisan
melintang batang teratai, berikut adalah struktur anatomis dari batang teratai:
·
Batang Nymphae
sp.. Ciri yang paling menonjol adalah adanya lakuna besar dan banyak.
Lakuna adalah sebagai saluran udara pada batang. Dengan adanya lakuna sirkulasi
udara pada batang bisa berlangsung dengan baik.
·
Bagian
paling luar dari batang adalah lapisan epidermis yang tipis yang merupakan
hasil adaptasi dengan lingkungannya.
·
Dibawah
lapisan epidermis terdapat lapisan korteks yang terbagi menjadi dua, korteks
dalam dan korteks luar.
·
Korteks luar
tersusun atas sel-sel yang kecil dan rapat.
·
Korteks
dalam pada batang tersusun atas sel-sel parenkim yang menunjukkan penebalan
yang nyata. Penebalan yang terjadi adalah lakuner dan lamellar..
·
Pada bagian
korteks ditemukan berkas pengangkut. Batang Nymphae sp. mengalami
anomali batang khususnya pada berkas pengangkutnya.
·
Berkas
pengangkut pada Nymphae sp. adalah kolateral terbuka karena tidak
ditemukan kambium pada batang teratai.
- Posisi floem terletak di tepi daripada xilem, dan hal ini merupakan ciri khas dari batang.
- Pada xilem batang, lakuna xilem berkembang lebih baik. Lakuna xilem disebut dengan canal lysigen xylem yang merupakan ciri khas batang hidrofit
- Jaringan yang berperan sebagai penguat pada batang Nymphae sp. berupa sklereid yang memiliki tipe asterosklereid.
E. kangkung air
|
Kangkung
merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman
kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar
kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan
melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air
Batang
kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious)
dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak
dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung
memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun
umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua,
dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya
tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung
darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota
bunga berwarna putih atau merah lembayung .
Buah
kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk
buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua
dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur
buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat.
Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada
jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman
secara generative.
2. Tumbuhan yang hidup di tepi Laut ( pantai )
A. ketapang
|
Ketapang
atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi
pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat,
ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.
Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh
mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda.
Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir (akar papan),
tingginya bisa hingga 3 m
Daun-daun tersebar,
sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir
duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang
menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang
daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut halus di sisi
bawah; kemerahan jika akan rontok.
C. Bakau
Klasifikasi ilmiah
|
||||||||||||
Spesies
|
||||||||||||
Rhizophora
apiculata
Rhizophora mangle Rhizophora mucronata Rhizophora racemosa Rhizophora stylosa |
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan terutama sebagai bahan pembuat arang. Kulit kayu menghasilkan tanin yang digunakan sebagai bahan penyamak.
Sebagai kayu bakar, secara tradisional masyarakat biasa memakai jenis Xylocarpus (Nirih atau Nyirih). Sedangkan untuk bahan baku pembuat arang biasa dipakai Rhizophora sp., sedangkan penggunaan kulit kayu bakau untuk diambil tanninnya, hampir-hampir tidak terdengar lagi.
Satu lagi kegunaan kayu bakau, adalah untuk bahan kertas. Kayu bakau biasa dicincang dengan mesin potong menghasilkan serpihan kayu / wood chips. Menurut berita, jenis kertas yang dibuat dari kayu bakau adalah termasuk kertas kualitas tinggi.
Kegunaan dari hutan bakau yang paling besar adalah sebagai penyeimbang ekologis dan sumber (langsung atau tidak langsung) pendapatan masyarakat pesisir, di mana peran pemerintah untuk pengaturannya masih sangat minim.
D Mahoni
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.
D. Pohon Kelapa
|
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan
Morfologi Kelapa
Keluarga Palmae (palem) umumnya tidak bercabang dan mempunyai daun yang
berbentuk cincin. Berikut ini morfologi tanaman kelapa :
a. Batang
Pada
umumnya, batang kelapa mengarah lurus ke atas dan tidak bercabang, kecuali pada
tanaman di pinggir sungai, tebing dan lain- lain, pertumbuhan tanaman akan
melengkung menyesuaikan arah sinar matahari.
b. Akar
Tanaman
kelapa yang baru bertunas mempunyai akar tunggang. Namun perkembangan akar
tersebut makin lama akan dilampaui oleh akar-akar yang lain, sehingga fungsi
dan bentuknya sama seperti akar serabut biasa.
c. Daun
Pertumbuhan
dan pembentukan mahkota daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat
pertama dibentuk 4 – 6 helai daun.
d.
Bunga
Pohon kelapa mulai berbunga kira-kira setelah 3 – 4 tahun, pada
kelapa genjah, dan 4 – 8 tahun pada kelapa dalam, sedang kelapa hibrida mulai
berbunga sesudah umur 4 tahun. Karangan bunga mulai tumbuh dari ketiak daun
yang bagian luarnya diselubungi oleh seludang yang disebut mancung (spatha).
Mancung merupakan kulit tebal dan menjadi pelindung calon bunga, panjangnya 80
– 90 cm.
e.
Buah
Bunga betina yang telah dibuahi mulai tumbuh menjadi
buah,kira-kira 3 – 4 minggu setelah manggar terbuka. Tidak semua buah yang
terbentuk akan menjadi buah yang bisa dipetik, tetapi diperkirakan 1/2 - 2/3
buah muda berguguran, karena pohon tidak sanggup membesarkannya. Buah yang
masih kecil dan muda sering disebut bluluk (P. Suhardiman. 1994).
E. Cemara Udang
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
Pancratium
|
Pancratium
adalah genus dari
sekitar 18 spesies
tanaman berbunga dari suku Amaryllidaceae. Genus ini sering ditemukan di
sepanjang tepi pantai Laut tengah hingga pulau Kenari, bagian tropis Afrika dan bagian
tropis Asia.
Tumbuhan ini dapat hidup sepanjang tahun dan memiliki umbi. Bunga tanaman ini
besar, berwarna putih dan berbau harum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar