Rabu, 25 September 2013

Daun di 4 Musim : Semi, Gugur, Panas, Dingin

1. Musim Semi

a. sakura


Daun yang tumbuh di tepi Sungai dan di tepi laut


1.tumbuhan yang hidup di sungai

A. .Bambu





Kerajasan:
(tidak termasuk)
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Superbangsa:
Bangsa:
Bambuseae


Bambu adalah tanaman yang termasuk ordo Gramineae, familia Bambuseae. Bambu merupakan tumbuhan berumpun, berakar serabut yang batangnya berbentuk silinder dengan diameter bervariasi mengecil mulai dari ujung bawah sampai ujung atas, berongga, keras dan mempunyai pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan sekunder, sehingga tingginya dapat mencapai 40 m. Silinder batang bambu tersebut dipisahkan oleh nodia/ruas,yaitu diafragma-diafragma yang arahnya transversal. Anonim (1999), mengemukan bahwa tanaman bambu dapat tumbuh mulai dari 0 – 1500 m dpl, bahkan jenis –jenis yang berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2000-3750 m dpl. Pada ketinggian 3750 m dpl, habitusnya berbentuk rumput.

Akar (rimpang); terdapat dibawah tanah dan membentuk sistem percabangan yang dapat dipakai untuk membendakan kelompok bambu. Bagian pangkal akar rimpangnya lebih sempit daripada bagian ujungnya dan setiap ruas mempunyai kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang ini akan berkembang menjadi rebung yang kemudian memanjang dan akhirnya menghasilkan buluh. Ada dua macam sistem percabangan yaitu pakimorf (dicirikan oleh akar rimpangnnya yang simpodial), leptomorf (dicirikan oleh akar rimpangnya yang monopodial). Di Indonesia, jenis-jenis bambu asli umumnya mempunyai sistem perakaran pakimorf, yang dicirikan oleh ruasnya yang pendek dengan leher yang pendek juga. Setiap akar rimpang mempunyai kuncup yang akan berkembang dan tumbuh menjadi akar rimpang baru, yang akhirnya bagian yang tumbuh keatas membentuk rebung kemudian menjadi buluh (Widjaja, 2001).

Rebung; tumbuh dari kuncup akar rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung digunakan untuk membedakan jenis karena menunjukan ciri khas warna pada ujungnya dan buluh-buluh yang terdapat pada pelepahnya. Buluh pelepah rebung umumnya hitam, tetapi ada juga yang cokelat atau putih, dan beberapa buluh dapat menyebabkan kulit menjadi sangat gatal sedangkan yang lain tidak (Widjaja, 2001)

Buluh; Buluh berkembang dari rebung, tumbuh sangat cepat dan mencapai tinggi maksimum dalam beberapa minggu. Buluh terdiri atas ruas dan buku-buku. Beberapa jenis mempunyai ruas panjang, misalnya Schizostachyum lima, dan yang lain mempunyai ruas pendek, misalnya Bambusa vulgaris dan Bambusa blumeana. Selain berbeda dalam panjang ruasnya, beberapa jenis tertentu mempunyai diameter buluh yang berbeda. Jens Dendrocalamus asper mempunyai diameter buluh terbesar, yang diikuti oleh jenis-jenis dari marga Gigantochloa dan Bambusa. Sementara pada marga Schizostachyum, beberapa jenis di antaranya mempunyai diameter sedang, seperti Schizostachyum brachycladum dan Schizostachyum diameter buluhnya kecil. Buluh bambu umumnya tegak, tetapi ada beberapa marga yang tumbuhnya merambat seperti Dinochloa dan ada juga yang tumbuhnya serabutan, misalnya Nastus. Buku-buku pada buluh bagian pangkal beberapa jenis bambu tertutup oleh akar udara, seperti pada jenis Dendrocalamus aspen. Ujung akar ini melengkung ke bawah seperti pada Dinochloa asper dan Schizostachyum lima (Widjaja, 2001).

Pelepah buluhPelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan ligula. Daun pelepah buluh terdapat pada bagian atas pelepah, sedangkan kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat pada sambungan antara pelepah dan daun pelepah

Pelepah buluh sangat penting fungsinya yaitu menutupi buluh ketika muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis bambu, pelepahnya lurch, tetapi jenis lain pelepahnya tetap menempel pada buluh seperti pada jenis Schizostachyum brachycladum. Pada Dinochloa ketika pelepah buluh luruh, yang tertinggal adalah lampangnya yang sangat kasar, dan ciri ini dapat digunakan untuk membedakan marga ini. Daun pelepah buluh pada beberapa jenis bambu tampak tegak, seperti jenis Schizostachyum brachycladum dan Bambusa vulgaris, tetapi umumnya tumbuh menyebar, menyadak, atau terkeluk balik. Beberapa jenis bambu mempunyai kuping pelepah buluh dan ligula yang berkembang baik, tetapi jenis lainnya kuping dan ligulanya kecil atau hampir tidak tampak. Kuping pelepah buluh dan ligula merupakan ciri penting yang dapat digunakan untuk membedakan jenis atau bahkan marga, keduanya kadang dengan bulu kejur atau sering tidak berbulu kejur. Kuping pelepah buluh yang besar umum ditemukan pada jenis-jenis bambu dari marga Bambusa, sedangkan marga Gigantochloa, Dendrocalamus umumnya mempunyai kuping pelepah buluh agak kecil, bercuping dan berbulu kejur. Beberapa jenis bambu misalnya Dinochloa kostermansiana mempunyai kuping pelepah buluh yang melipat keluar (Widjaja, 2001).

Percabangan; (Widjaja, 2001) mengemukakan bahwa percabangan umumnya terdapat di atas buku-buku. Cabang dapat digunakan sebagai ciri penting untuk membedakan marga bambu. Pada marga Bambusa, Dendrocalamus dan Gigantochloa sistem percabangan mempunyai satu cabang yang lebih besar daripada cabang lainnya yang lebih kecil. Buluh Dinochloa biasanya mempunyai cabang yang dorman dan akan sebesar buluh induknya, terutama ketika buluh utamanya terpotong. Jenis-jenis dari marga Schizostachyum mempunyai cabang yang sama besar. Cabang lateral bambu yang tumbuh pada batang utama, biasanya berkembang ketika buluh mencapai tinggi maksimum. Pada beberapa marga, cabang muncul tepat di atas tanah, misalnya marga Bambusa, dan menjadi rumpun padat di sekitar dasar rumpun dengan duri atau tanpa duri, tetapi pada marga lain cabangnya tumbuh jauh di atas permukaan tanah, misalnya marga Gigantochloa, Dendrocalamus, Schizostachyum. Duri merupakan anak cabang aksiler (cabang yang tumbuh pada batang lateral) yang melengkung dan berujung lancip.

Helaian daun; Helai daun bambu mempunyai urat daun yang sejajar seperti rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Daunnya bisa lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti pada Bambusa multiplex dan Thyrsostachys siamensis. Helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping pelepah daun mungkin besar tetapi bisa juga kecil atau tidak tampak dan pada beberapa jenis bambu ada yang bercuping besar dan melipat keluar. Pada beberapa jenis bambu, kuping pelepah daunnya mempunyai bulu kejur panjang, tetapi ada juga yang gundul. Ligula pada beberapa jenis mungkin panjang tetapi bisa juga kecil dengan bulu kejur panjang atau tanpa butu kejur. Ligulanya kadang mempunyai pinggir yang menggerigi tidak teratur, menggerigi, menggergaji atau rata (Widjaja, 2001)



B. Rotan

Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Bangsa:
Calameae


Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk. Secara genetik, hal ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jenis rotan yang berbunga pada lateral batang yang keluarnya bunga lebih dari satu kali. Dan yang kedua adalah jenis rotan yang berbunga pada ujung dan kemunculannya hanya satu kali dalam hidupnya, yang mana tanaman akan mati setelah proses generatif yang terakhir.
Bunga rotan terbungkus oleh seludang, atau dinamakan juga sebagai spatha. Bunga jantan akan siap dibuahi ketika seludang itu terbuka. Sedangkan bunga betina akan baru siap dan mulai masak setelah seludangnya pecah pada hari ketiga belas sampai hari ke dua puluh tujuh.
Bunga jantan dan Bungan betina rotan biasanya berumah satu atau disebut juga sebagai mono-ceous. Namun ada juga yang berumah dua atau diceous. Hal ini menyebabkan kita bisa menjumpai adanya rotan jantan dan rotan betina. Proses penyerbukan bunga pada tanaman rotan juga hampir sama seperti pada tanaman lainnya, yaitu dengan adanya bantuan dari angina atau serangga penyerbuk. Pada bunga betina rotan ada 3 putik/stilus, sedangkan pada bunga jantan ada 6 benang sari / stamen. Sifat dan ciri stamen pada rotan jantan ini adalah berdiri bebas atau saling berhubungan yang pangkalnya melingkar seperti cacing. Bunga betina hampir mirip dengan bunga jantan rotan yang steril. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk  benang sarinya yang kosong. Ukuran bunga pada tanaman rotan relative kecil. Hanya beberapa jenis saja yang mampu memiliki ukuran hingga 1 cm atau lebih. Contohnya adalah jenis rotan Calamus spectabilus yang dapat memiliki ukuran Bungan hingga 1.7 cm.
Warna bunga pada rotan bervariasi, mulai dari kecoklat-coklatan, kehijau-hijauan, atau krem. Bunga rotan jika sedang dalam kondisi primordia atau sedang dalam dibuahi, kelenjar madunya berbau susu sehingga menarik serangga untuk datang membantu proses penyerbukan. Namun, bunga tersebut akan jatuh jika tidak terjadi penyerbukan dalam kurun waktu 1 -2 hari.
Waktu periode berbunga dan matangnya buah tidak sama dan tergantung pada tempat tumbuh dan kondisi iklim setempat. Hal ini terjadi baik pada rotan sejenis ataupun yang tidak sejenis.  Sebagai gambarang tambahan…, waktu periode berbunga hingga matangnya buah adalah berkisar antara 7 – 13 bulan sejak seludang pecah. Berdasarkan pengalaman, buah rotan akan masak berkisar pada bulan Agustus sampai dengan bulan Maret. 
Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik atau biasa disebut juga dengan pericarp. Bentuk sisiknya trapessium dan tersusun secarr vertical dari toksis buah. Ukuran sisiknya bervariasi tergantung pada ukurangan buahnya masing-masing. Semakin besar ukuran buah, semakin besar juga sisik buah rotan itu.
Pada permukaan buah rotan itu halus (laevis), atau ada juga yang kasar berbulu (glaberous). Sedangkan bentuk buah rotan pada umumnya bulat, lonjong, atau bulat telur (oval). Warna kulit dari buah yang sudah matang bermacam-macam. Ada yang kemerah-merahan, coklat, coklat merah, hijau-krem, dan kuning keemas-emasan. Ada selaput tipis berwarna putih yang membungkus daging buah rotan. Selaput ini terletak di bagian bawah kulit buah. Adapun biji rotan sendiri terdapat di tengah-tengah buah rotan itu, seperti biji buah lainnya yang terbungkus oleh daging buahnya.
Permukaan pada biji buah rotan umumnya rata dan halus. Ada juga yang berbentuk kasar dan berlekuk dangkal. Di dalam setiap bijinya ada sekitar 1 – 3 embrio yang tertutup oleh lapisan selaput keras sebagai pelindung embrio.
Untuk jenis rotan dari famili Daemonorops, terdapat banyak cairan atau getah di bawah kulit buahnya. Cairan atau getah ini sudah sejak lama telah digunakan sebagai bahan dalam industry pewarna dan farmasi. Secara umum…, buah rotan siap dipanen ketika sudah berumur 12 – 15 bulan sejak berbunga. Namun…, musim berbuah ini berbeda-beda pada rotan, tergantung pada jenis rotannya dan juga kondisi lingkungan hidupnya.



C. Eceng gondok



Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Eichhornia
Kunth
Spesies:
E. crassipes
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai.

Ø  Anatomi

Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. Secara fisiologis eceng gondok dapat berperan secara tidak langsung dalam mengatasi bahan pencemar perairan karena dapat bertahan hidup dengan cara membentuk rumpun. Akar tumbuh subur dan lebat serta berwarna hitam dengan permukaan ungu. Oksigen hasil fotosintesis di daun dan tangkai daun ditransfer ke akar yang permukaannya luas serta air di sekitarnya. Ini membuat rizosfer menyediakan lingkungan mikro dengan kondisi yang kondusif bagi bakteri nitrit. Oleh karena itu aktivitas dekomposisi oleh bakteri jenis ini yaitu perubahan amoniak menjadi nitrat lebih meningkat (Fitter and Hay, l989).

Ø  Morfologi

Tumbuhan eceng gondok terdiri atas helai daun, pengapung, leher daun, ligula, akar, akar rambut, ujung akar, dan stolon yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan vegetatif. Gambar 1 ini menunjukkan morfologi dari tumbuhan eceng gondok:

Eceng gondok merupakan tanaman yang berakar serabut dan tidak bercabang, mempunyai tudung akar yang mencolok. Akarnya memproduksi sejumlah besar akar lateral, yaitu 70 buah/cm. Akar menunjukkan variasi yang kecil dalam ketebalan, tetapi panjangnya bervariasi mulai dari 10 – 300 cm. Sistem perakaran eceng gondok pada umumnya lebih dari 50% dari seluruh biomassa tumbuhan, tetapi perakarannya kecil apabila tumbuh dalam lumpur. Tumbuhan yang tumbuh pada limbah domestik mencapai tinggi sampai 75 cm, tetapi sistem perakarannya pendek (Wakefield, 1962). Sumber lain menjelaskan bahwa eceng gondok yang tumbuh pada air yang kaya akan unsur hara mempunyai petiole (batang) yang panjangnya lebih dari 100 cm, tetapi akarnya pendek yaitu kurang dari 20 cm (Bagnall et al.,1974).
Eceng gondok memiliki lubang stomata yang besar, yaitu dua kali lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan tumbuhan lain dan jarak antar stomata adalah delapan kali besarnya lubang (Penfound dan Earle, 1948).
Kemampuan eceng gondok dalam penyerapan adalah karena adanya vakuola dalam struktur sel. Mekanisme penyerapan yang terjadi yaitu dengan adanya bahan-bahan yang diserap menyebabkan vakuola menggelembung, maka sitoplasma terdorong ke pinggiran sel sehingga protoplasma dekat dengan permukaan sel. Hal ini menyebabkan pertukaran atau penyerapan bahan antara sebuah sel dengan sekelilingnya menjadi lebih efisien.


D. teratai



Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Nymphaea
Struktur Morfologi Teratai
  • Memiliki daun yang lebar dengan bentuk melingkar, dan tepi daun bergerigi. Sebagian besar daun-daun ini mengapung di atas air agar dapat mengambil oksigen yang ada di udara. 
  • Pada permukaan adaksial atau atas, daun Nymphae sp. berwarna hijau dan stomata banyak ditemukan pada bagian ini. Sedangkan pada bagian abaksial atau bawah, berwarna keunguan,  terdapat tulang daun besar dan tulang daun kecil juga biasanya tidak di temukan adanya stomata.
  • Memiliki batang yang berfungsi untuk menyokong daun mengapung di atas air. Batang sebagian besar tenggelam di dalam air, ada beberapa yang muncul di atas permukaan air. Selain itu batang  juga berfungsi mengasorbsi nutrisi yang dibutuhkan oleh Nymphae sp..
  • Sistem akarkurang berkembang dengan baik, tidak memiliki bulu akar  maupun tudung akar.  Berfungsi sebagai jangkar, pelekat atau pencengkeram. Absorbsi lebih Ban yak dilakukan oleh batang dan daun.


Sstruktur Anatomi Teratai
Berdasarkan pengamatan irisan melintang batang teratai, berikut adalah struktur anatomis dari batang teratai:
·            Batang Nymphae sp.. Ciri yang paling menonjol adalah adanya lakuna besar dan banyak. Lakuna adalah sebagai saluran udara pada batang. Dengan adanya lakuna sirkulasi udara pada batang bisa berlangsung dengan baik. 
·            Bagian paling luar dari batang adalah lapisan epidermis yang tipis yang merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya.
·            Dibawah lapisan epidermis terdapat lapisan korteks yang terbagi menjadi dua, korteks dalam dan korteks luar.
·         Korteks luar tersusun atas sel-sel yang kecil dan rapat.
·         Korteks dalam pada batang tersusun atas sel-sel parenkim yang menunjukkan penebalan yang nyata. Penebalan yang terjadi adalah lakuner dan lamellar..
·            Pada bagian korteks ditemukan berkas pengangkut. Batang Nymphae sp. mengalami anomali batang khususnya  pada berkas pengangkutnya.
·            Berkas pengangkut pada Nymphae sp. adalah kolateral terbuka karena tidak ditemukan kambium pada batang teratai.
  • Posisi floem terletak di tepi daripada xilem, dan hal ini merupakan ciri khas dari batang.
  • Pada xilem batang, lakuna xilem berkembang lebih baik. Lakuna xilem disebut dengan canal lysigen xylem yang merupakan ciri khas batang hidrofit
  • Jaringan yang berperan sebagai penguat pada batang Nymphae sp. berupa sklereid yang memiliki tipe asterosklereid.

E. kangkung air



Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
I. aquatica
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung .
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative.


2. Tumbuhan yang hidup di tepi  Laut ( pantai )

A. ketapang





Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
T. catappa
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.
Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir (akar papan), tingginya bisa hingga 3 m
Daun-daun tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok.
C. Bakau

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Rhizophora
Spesies
Rhizophora apiculata
Rhizophora mangle
Rhizophora mucronata
Rhizophora racemosa
Rhizophora stylosa



Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan terutama sebagai bahan pembuat arang. Kulit kayu menghasilkan tanin yang digunakan sebagai bahan penyamak.
Sebagai kayu bakar, secara tradisional masyarakat biasa memakai jenis Xylocarpus (Nirih atau Nyirih). Sedangkan untuk bahan baku pembuat arang biasa dipakai Rhizophora sp., sedangkan penggunaan kulit kayu bakau untuk diambil tanninnya, hampir-hampir tidak terdengar lagi.
Satu lagi kegunaan kayu bakau, adalah untuk bahan kertas. Kayu bakau biasa dicincang dengan mesin potong menghasilkan serpihan kayu / wood chips. Menurut berita, jenis kertas yang dibuat dari kayu bakau adalah termasuk kertas kualitas tinggi.
Kegunaan dari hutan bakau yang paling besar adalah sebagai penyeimbang ekologis dan sumber (langsung atau tidak langsung) pendapatan masyarakat pesisir, di mana peran pemerintah untuk pengaturannya masih sangat minim.


D Mahoni

Kerajaan:
(tidak termasuk)
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. macrophylla


Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.


D. Pohon Kelapa

Kerajaan:
(tidak termasuk)
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Bangsa:
Genus:
Cocos
Spesies:
C. nucifera


Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada dinding endokarp seiring dengan semakin tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos).
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan

Morfologi Kelapa Keluarga Palmae (palem) umumnya tidak bercabang dan mempunyai daun yang berbentuk cincin. Berikut ini morfologi tanaman kelapa :

a. Batang
Pada umumnya, batang kelapa mengarah lurus ke atas dan tidak bercabang, kecuali pada tanaman di pinggir sungai, tebing dan lain- lain, pertumbuhan tanaman akan melengkung menyesuaikan arah sinar matahari.

b. Akar
Tanaman kelapa yang baru bertunas mempunyai akar tunggang. Namun perkembangan akar tersebut makin lama akan dilampaui oleh akar-akar yang lain, sehingga fungsi dan bentuknya sama seperti akar serabut biasa.

c. Daun
Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama dibentuk 4 – 6 helai daun.

d. Bunga
Pohon kelapa mulai berbunga kira-kira setelah 3 – 4 tahun, pada kelapa genjah, dan 4 – 8 tahun pada kelapa dalam, sedang kelapa hibrida mulai berbunga sesudah umur 4 tahun. Karangan bunga mulai tumbuh dari ketiak daun yang bagian luarnya diselubungi oleh seludang yang disebut mancung (spatha). Mancung merupakan kulit tebal dan menjadi pelindung calon bunga, panjangnya 80 – 90 cm.

e. Buah
Bunga betina yang telah dibuahi mulai tumbuh menjadi buah,kira-kira 3 – 4 minggu setelah manggar terbuka. Tidak semua buah yang terbentuk akan menjadi buah yang bisa dipetik, tetapi diperkirakan 1/2 - 2/3 buah muda berguguran, karena pohon tidak sanggup membesarkannya. Buah yang masih kecil dan muda sering disebut bluluk (P. Suhardiman. 1994).


E. Cemara Udang

Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Pancratium


Pancratium adalah genus dari sekitar 18 spesies tanaman berbunga dari suku Amaryllidaceae. Genus ini sering ditemukan di sepanjang tepi pantai Laut tengah hingga pulau Kenari, bagian tropis Afrika dan bagian tropis Asia. Tumbuhan ini dapat hidup sepanjang tahun dan memiliki umbi. Bunga tanaman ini besar, berwarna putih dan berbau harum.